7 Alasan Lansia – Mengemudi adalah aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi, koordinasi, serta kemampuan fisik dan mental yang baik. Seiring bertambahnya usia, kemampuan-kemampuan tersebut cenderung mengalami penurunan, terutama pada kelompok lansia. Di Indonesia, meskipun banyak lansia yang masih aktif mengemudi, ada sejumlah alasan mengapa tidak di sarankan untuk terus melakukannya. Faktor-faktor fisik, mental dan keselamatan menjadi pertimbangan utama dalam isu ini.
1. Penurunan Kemampuan Penglihatan
Salah satu alasan utama mengapa lansia di Indonesia tidak di sarankan mengemudi adalah penurunan kemampuan penglihatan. Seiring bertambahnya usia, masalah penglihatan seperti katarak, glukoma dan degenerasi makula bisa muncul. Hal ini dapat mengurangi ketajaman penglihatan dan kemampuan untuk mendeteksi objek dengan cepat di jalan raya.
2. Penurunan Refleks
Refleks dan koordinasi tubuh cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Lansia mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk bereaksi terhadap situasi darurat di jalan, seperti kendaraam yang mendadak berhenti di depan mereka atau pejalan kaki yang tiba-tiba menyeberang. Kecepatan reaksi yang melambat dapat meningkatkan risiko kecelakaan.
3. Masalah Kesehatan
Seiring bertambahnya usia, lansia lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, arthtitis, dan gangguan neurologis. Penyakit-penyakit ini dapat mempengaruhi kemampuan fisik dan mental mereka dalam mengemudi. Misalnya, penyakit jantung dapat menyebabkan pusing atau bahkan pingsan mendadak, yang tentu berbahaya saat mengemudi. Sementara itu, gangguan sendi atau arthritis dapat membuat lansia kesulitan mengendalikan kemudi atau pedal dengan lancar. Di sisi lain, pengaruh obat-obatan yang harus di konsimsu lansia, seperti obat penurun tekanan darah atau obat tidur, dapat menyebabkan kantuk dan penurunan kewaspadaan.
4. Gangguan Memori dan Kognisi
Kondisi kognitif yang memburuh, seperti demensia atau Alzheimer, menjadi masalah serius bagi lansia yang mengemudi. Gangguan memori dapat menyebabkan kebingungan dan mengenali rute atau memahami tanda-tanda lalu lintas. Lansia dengan gangguan kognitif mungkin kesulitan dalam membuat keputusan cepat, seperti kapan harus berbelok atau menghindari kecelakaan.
5. Risiko Kecelakaan yang Lebih Tinggi
Lansia merupakan kelompok yang memiliki tingkat kecelakaan yang lebih tinggi di bandingkan dengan pengemudi muda atau dewasa. Penurunan kemampuan fisik dan mental membuat mereka lebih mudah terlibat dalam kecelakaan lalu lintas. Data dari beberapa peneliti menunjukkan bahwa pengemudi lansia sering mengalami kecelakaan ringan untuk bereaksi dengan cepat.
6. Keterbatasan Kendaraan dan Infrastruktur
Di Indonesia, infrastruktur jalan dan kendaraan sering kali tidak ramah terhadap pengemudi lansia. Jalan raya yang sempit, tidak rata, atau di pengaruhi dengan rambu-rambu yang sulit di baca bisa menjadi tantangan tersendiri bagi lansia yang mengemudi. Kendaraan yang mereka gunakan mungkin juga tidak di lengkapi dengan fitur keselamatan terbaru, seperti sistem bantuan mengemudi atau sensor yang dapat mengurangi risiko kecelakaan.
7. Pengaruh Lingkungan dan Stres Mengemudi
Mengemudi di jalan raya, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, dapat menjadi pengalaman yang sangat stresful. Kepadatan lalu lintas, kebisingan, dan tekanan waktu dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Lansia, yang cenderung lebih rentan terhadap stres, mungkin merasa kewalahan dalam menghadapi situasi lalu lintas yang sibuk atau memerlukan konsentrasi tinggi.
Baca Juga: Merawat Suspensi Motor Demi Kenyamanan & Keselamatan